Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Surabaya mulai Menguning

Surabaya menguning  (Tulisan ini berkisah tentang pengalaman pribadi pada suatu momen yang membuat saya takjub. Artikel ini dibuat agar pembaca juga merasakan, atau setidaknya tahu tentang cerita surabaya ‘cantik’ versi saya hehehe. Terima kasih sudah mampir & selamat membaca yaa....) ~~-------------~~ Selasa pagi lalu, (18/9), saya berkesempatan melewati salah satu area industri besar di Kota Surabaya, Rungkut Industri SIER namanya. Ceritanya, usai mengantarkan madu sarang di area Giant Margorejo, saya pulang mlewati rute berbeda dari biasanya. Kebetulan saat itu saya ada keperluan di sekitar Wadung Asri, Sidoarjo. Dipilihlah rute Rungkut Industri. Maklum, area pabrik dan pergudangan ini membentang cukup luas. Sebagian masuk wilayah Rungkut Surabaya, sisanya ikut Brebek, Kecamatan Waru, Kab. Sidoarjo. Pagi itu aku 'Basah Kuyup' tapi bukan karena air hujan, melainkan rontokan bunga kuning berukuran *mini*. Sontak, tiba-tiba anganku mulai sedikit mengkhayal.

Pemilu 2019 dan Cerita si Penjual Minyak Wangi

Artikel kali ini berkisah tentang ungkapan populer antara minyak wangi dan pandai besi. Tulisan ini sebenarnya dilatarbelakangi dengan beberapa perdebatan yang dijumpai di media sosial soal calon pemimpin Indonesia tahun mendatang (intinya berbau pemilu ...). Pemilu 2019 dan Cerita si Penjual Minyak Wangi Seorang warganet bilang bahwa kedua kandidat itu pada dasarnya orang baik. Sementara yang lain justru sibuk membalas dengan berbagai argumen soal rekam jejak masing-masing partai pengusung. Dari sekian banyak komentar bertebaran, yang menarik bagi saya adalah argumen orang yang bilang, “Oke sih baik, tapi sayang di bawah bendera partai A sih, jangan-jangan dia nanti bakal dipermainkan bla..bla..bla”. Membaca komen itu, pikiran saya langsung tertuju nasehat dari penjual minyak wangi dan pande besi. Pernah mendengar kisah penjual minyak wangi dan pandai besi? Apakah cerita si tukang pandai besi dan penjual minyak wangi dijumpai pula di kehidupan saat ini? Rasulullah SAW be

Hidangan Khas Bubur Suro ‘tuk Sambut Perayaan 1 Muharram

sumber gambar: gusbolang.com Hari Selasa nanti, tepatnya tanggal 11 September 2018, umat Islam di seluruh penjuru dunia akan memasuki pergantian tahun baru. Untuk menyambut datangnya Tahun Baru Islam, tiap negara memiliki tradisi atau perayaan khusus. Tidak terkecuali masyarakat Indonesia yang merayakan 1 Muharram dengan beragam upacara lengkap beserta sajian khas Muharram. Bagi masyarakat Jawa khususnya, 1 Muharram bertepatan dengan 1 Suro. Keduanya menjadi momen yang sakral.  Menjelang perayaan Suro atau 1 Muharram, masyarakat Jawa biasa menyajikan kuliner khas berupa bubur suro. Hidangan lezat nan bergizi itu melambangkan harapan baru ketika memasuki tahun baru. Namun itu bukan berarti bahwa bubur suro termasuk sesaji yang berbau mistis. Biasanya bubur suro dihidangkan sebagai sajian buka puasa Asyura, pada tanggal 10 Muharram. Bahan dan proses memasaknya tidaklah sulit lho, simak ulasannya berikut:   Bahan-bahan 250 gr beras yang sudah dicuci bersih 1L santan cai

Terkesima dengan Gerombolan Lebah Diatas Pohon Mangrove

Jumat lalu, seperti biasa saya mengantarkan makan siang untuk bapak tukang di daerah Medokan Ayu Tambak, Rungkut, Surabaya. Jika dilihat dari peta, ternyata lokasinya tidak jauh dari perairan. Ada selat Madura, dan lebih jauh sedikit ada laut Jawa. Di tempat yang saya kunjungi ini masih sangat jarang dijumpai bangunan, apalagi rumah penduduk. Hanya deretan pohon mangrove dan semakbelukar yang tumbuh subur . Cuaca hari itu begitu panas. Sambil menunggu ibu yang sedang mengobrol bersama para tukang, saya memilih berteduh di bawah salah satu pohon mangrove. Ah, udaranya terasa begitu sejuk dengan hembusan angin siang yang sepoi-sepoi.   Dibalik rerimbunan pohon mangrove yang kini mulai mengering itu, saya melihat gerombolan lebah beterbangan kesana kemari. Mereka berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya. Sesekali saya menghindar, sambil sedikit menjerit, hahahah takut tiba-tiba disengat.  Tapi untuk masalah ini, lebah tentu tak perlu khawatir kalau tiba-tiba kulitnya menghit

Bambu Runcing, Senjata Tradisional namun Berkekuatan Supranatural

Beberapa waktu lalu media sosial di Indonesia menyoroti aksi sebagian warga Jakarta yang memasang bendera peserta Asean menggunakan bambu. Keberadaan bendera yang terpasang di Jalan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara itu pun mendapat kritikan dari sebagian netizen karena dianggap mempengaruhi citra Negara Indonesia bagi bangsa lain. Terlepas dari perdebatan yang dilontarkan oleh netizen di medsos, lupakah kita banwa bambu runcing merupakan ikon yang tak terpisahkan bagi bangsa Indonesia. Di beberapa negara, tanaman yang memiliki nama latin bambusea ini mengandung nilai filosofis. Bangsa Tiongkok misalnya, yang menjadikan bambu sebagai simbol keteguhan dan ketulusan. Sementara di India, bambu mengandung pesan persahabatan. Di kebudayaan suku Jawa, bambu atau dikenal dengan sebutan pring merupakan bagian dari pedoman hidup yang di dalamnya menggambarkan karakteristik masyarakat Jawa. Dilansir dari portal Tempo, (2/8), dalam falsafah bambu atau dinamakan ngelmu pring , masin

Bermula dari Kesalahan Membaca Angka Romawi

Malam itu sekitar pukul 19.00 wib, saya pergi untuk mengantarkan pesanan madu sarang di daerah Wiguna, Surabaya. Seperti biasanya, saya selalu mengandalkan aplikasi penunjuk arah dari google ( maps ). Meski beberapa kali rutenya kadang tidak pas, tapi itu tak membuatku kapok. Cerita bermula dari kesalahanku membaca angka romawi. XVI, bagi saya itu angka keramat yang harus berpikir panjang untuk mengerti maksudnya. Maklum, terakhir saya mengotak-atik angka romawi saat di bangku Sekolah Menengah Pertama Tahun 2003 hingga 2006 lalu. Cukup lama bukan? Jadi wajar ingatan saya tiba-tiba memudar, apalagi saat ini sangat jarang dijumpai alamat rumah yang masih menggunakan angka romawi. Memangnya, pada kondisi apa kita menggunakan angka romawi di kehidupan sehari-hari? Hampir tak ada kan? hehehe..bakalan panjang pertanyaanya, tapi intinya cuman satu, yaitu membela diri. Tiba di bagian pos satpam, tanpa ragu saya bertanya dimana rumah klien yang akan saya tuju. Tiba-tiba seorang per

Saling sapa.com: Media Sosial Pemersatu Intelektual Muslim Seluruh Dunia

Dalam surat Al-Anfal ayat 60 dijelaskan bahwa ada 3 musuh yang wajib diwaspadai, yakni: musuh Allah, musuh umat islam, dan lain sejenisnya. Justru yang belakangan ini dikatakan sangat misterius, kita tidak bisa melihat mereka secara pasti, tapi Tuhan Maha Tahu. Ayat ini turun ketika umat islam dalam konteks sedang menghadapi kaum kafir Makkah dan sekutunya. Pada saat itu, nabi memerintahkan umatnya untuk menghadapi musuh yang bersenjata dengan persenjataan pula, seperti panah. Seiring dengan perkembangan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi khususnya, peperangan melawan kaum kafir pun tidak berbentuk fisik sebagaimana masa nabi saat itu. Namun, peperangan yang terjadi dalam konteks globalisasi ini terjadi secara halus, yakni dengan memainkan senjatanya berupa ideologi. Seperti yang dikemukakan oleh Syayafi’i sebagai perang pemikiran (ghazw al-fikr ), (2009, hal 26): Jika Anda menerjemah musuh yang tidak kelihatan memanggul sen