Langsung ke konten utama

Hidangan Khas Bubur Suro ‘tuk Sambut Perayaan 1 Muharram

sumber gambar: gusbolang.com

Hari Selasa nanti, tepatnya tanggal 11 September 2018, umat Islam di seluruh penjuru dunia akan memasuki pergantian tahun baru. Untuk menyambut datangnya Tahun Baru Islam, tiap negara memiliki tradisi atau perayaan khusus. Tidak terkecuali masyarakat Indonesia yang merayakan 1 Muharram dengan beragam upacara lengkap beserta sajian khas Muharram. Bagi masyarakat Jawa khususnya, 1 Muharram bertepatan dengan 1 Suro. Keduanya menjadi momen yang sakral. 

Menjelang perayaan Suro atau 1 Muharram, masyarakat Jawa biasa menyajikan kuliner khas berupa bubur suro. Hidangan lezat nan bergizi itu melambangkan harapan baru ketika memasuki tahun baru. Namun itu bukan berarti bahwa bubur suro termasuk sesaji yang berbau mistis. Biasanya bubur suro dihidangkan sebagai sajian buka puasa Asyura, pada tanggal 10 Muharram. Bahan dan proses memasaknya tidaklah sulit lho, simak ulasannya berikut:  

Bahan-bahan
250 gr beras yang sudah dicuci bersih
1L santan cair (secukupnya)
3 sdt garam
5 lembar daun salam
5 buah kunyit
1 batang serai

Cara membuat
  1. Masak santan cair hingga mendidih, kemudian masukkan beras yang sudah dicuci bersih sebelumnya.
  2. Tambahkan daun salam, garam, kunyit, dan batang serai yang sudah dimemarkan. Gunakan api sedang agar bubur tidak cepat hangus.
  3. Aduk terus hingga bubur mengental, lalu sisihkan
  4. Tuang bubur suro ke dalam mangkuk yang sudah disiapkan. Lalu tambahkan bahan pelengkapnya diatas bubur.
  5. Semangkuk bubur suro siap dinikmati

Untuk bahan pelengkap bubur suro ini bervariasi. Umumnya terdiri dari lauk-pauk khas Jawa. Seperti sambal goreng kentang atau sambal goreng ati ayam, perkedel, telur rebus, telur dadar, kering tempe. Sementara untuk taburannya ada bawang goreng, daun seledri, dan cabai merah untuk hiasan.

Ada juga versi yang menambahkan pelengkap kacang. Dilansir dari laman Kompas, (8/9), ada 7 jenis kacang yang biasa disajikan dalam bubur suro. Diantaranya kacang mede, kacang hijau, kacang tanah, kacang kedelai, kacang merah, kacang tholo, dan kacang bogor. Ketujuh jenis kacang-kacangan itu bisa direbus atau digoreng dulu. Selain menambahkan tujuh jenis kacang, sajian bubur suro juga ditaburi dengan serpihan jeruk bali dan bulir buah delima untuk menambah cita rasa asam pada bubur. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah sang Dokter Cantik Hafalan Al Quran lewat Story Telling

Al Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diwahyukan Allah melalui Nabi Muhammad SAW untuk umat muslim. Di dalamnya terdapat sumber ilmu pengetahuan sebagai pedoman hidup manusia, baik di dunia maupun akhirat. Bagi umat muslim, mempelajari Al Qur’an tidaklah sulit. Allah telah memberikan jaminan kemudahan bagi siapa saja yang ingin membaca, menghafal, memahami serta mengamalkannya. Kemudahan mempelajari Al Qur’an itu juga dirasakan salah satunya oleh dr. Syayma. dia mulai menghafalkan Al Qur’an ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.“Awalnya saya terpaksa menghafalkan Al Qur’an. Karena di pesantren memang ada kurikulum tahfidz, jadi mau gak mau harus hafalan ”,  kata Syayma.  Dirinya sempat merasakan sedikit stres belajar di pesantren lantaran belum fasih membaca Al Qur’an. Dari total 300 santri, dr. Syayma masuk dalam kelompok 10 orang dengan bacaan terburuk. ”saya memulainya dari level paling dasar”. Baginya surah yang sulit dihafal di awal dulu adalah surah...

Bambu Runcing, Senjata Tradisional namun Berkekuatan Supranatural

Beberapa waktu lalu media sosial di Indonesia menyoroti aksi sebagian warga Jakarta yang memasang bendera peserta Asean menggunakan bambu. Keberadaan bendera yang terpasang di Jalan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara itu pun mendapat kritikan dari sebagian netizen karena dianggap mempengaruhi citra Negara Indonesia bagi bangsa lain. Terlepas dari perdebatan yang dilontarkan oleh netizen di medsos, lupakah kita banwa bambu runcing merupakan ikon yang tak terpisahkan bagi bangsa Indonesia. Di beberapa negara, tanaman yang memiliki nama latin bambusea ini mengandung nilai filosofis. Bangsa Tiongkok misalnya, yang menjadikan bambu sebagai simbol keteguhan dan ketulusan. Sementara di India, bambu mengandung pesan persahabatan. Di kebudayaan suku Jawa, bambu atau dikenal dengan sebutan pring merupakan bagian dari pedoman hidup yang di dalamnya menggambarkan karakteristik masyarakat Jawa. Dilansir dari portal Tempo, (2/8), dalam falsafah bambu atau dinamakan ngelmu pring , masin...

Pemilu 2019 dan Cerita si Penjual Minyak Wangi

Artikel kali ini berkisah tentang ungkapan populer antara minyak wangi dan pandai besi. Tulisan ini sebenarnya dilatarbelakangi dengan beberapa perdebatan yang dijumpai di media sosial soal calon pemimpin Indonesia tahun mendatang (intinya berbau pemilu ...). Pemilu 2019 dan Cerita si Penjual Minyak Wangi Seorang warganet bilang bahwa kedua kandidat itu pada dasarnya orang baik. Sementara yang lain justru sibuk membalas dengan berbagai argumen soal rekam jejak masing-masing partai pengusung. Dari sekian banyak komentar bertebaran, yang menarik bagi saya adalah argumen orang yang bilang, “Oke sih baik, tapi sayang di bawah bendera partai A sih, jangan-jangan dia nanti bakal dipermainkan bla..bla..bla”. Membaca komen itu, pikiran saya langsung tertuju nasehat dari penjual minyak wangi dan pande besi. Pernah mendengar kisah penjual minyak wangi dan pandai besi? Apakah cerita si tukang pandai besi dan penjual minyak wangi dijumpai pula di kehidupan saat ini? Rasulullah SAW be...