Dalam surat Al-Anfal ayat 60
dijelaskan bahwa ada 3 musuh yang wajib diwaspadai, yakni: musuh Allah, musuh
umat islam, dan lain sejenisnya. Justru yang belakangan ini dikatakan sangat
misterius, kita tidak bisa melihat mereka secara pasti, tapi Tuhan Maha Tahu.
Ayat ini turun ketika umat islam dalam konteks sedang menghadapi kaum kafir Makkah dan sekutunya. Pada saat itu, nabi memerintahkan umatnya untuk
menghadapi musuh yang bersenjata dengan persenjataan pula, seperti panah.
Seiring dengan perkembangan zaman
serta kemajuan ilmu pengetahuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi
khususnya, peperangan melawan kaum kafir pun tidak berbentuk fisik sebagaimana
masa nabi saat itu. Namun, peperangan yang terjadi dalam konteks globalisasi
ini terjadi secara halus, yakni dengan memainkan senjatanya berupa ideologi.
Seperti yang dikemukakan oleh Syayafi’i sebagai perang pemikiran (ghazw
al-fikr), (2009, hal 26):
Jika Anda menerjemah musuh yang
tidak kelihatan memanggul senjata, tapi pikiran, pikiran, tulisan, pemberitaan
mereka sangat mengdiskreditkan islam, maka kaum muslimin harus siap berperang
melawan mereka melalui jalur ilmu.
Mengacu pada surat Al-anfal ayat
60 diatas, disimpulkan bahwa suatu saat ada suatu masa yang mana manusia tidak
lagi beriteraksi secara langsung (tatap muka). Mungkin, kondisi yang
dimaksud dalam Al-Qur’an itu adalah
konteks saat ini, dimana arus globalisasi yang menciptakan kecanggihan
teknologi di bidang komunikasi dan informasi, yaitu internet. Salah satu ciri
utama munculnya internet adalah adanya information high way.
Artinya, penyebaran informasi
saat ini terjadi secara massif kepada semua masyarakat di belahan dunia, tanpa
adanya hambatan jarak dan waktu. Globalisasi juga memungkinkan individu di
seluruh dunia saling berkomunikasi dan melakukan interaksi melalui dunia maya
atau virtual world. Keadaan ini seperti dikatakan Mc.Luhan yang terkenal dengan
konsep global village atau desa global. Dunia, oleh Mc.Luhan dianalogikan
seperti sebuah desa yang sangat besar, yang mana didalamnya terjadi pertemuan
negara-negara dari seluruh belahan dunia. Pada saat itu, Mc.Luhan berfikir
bahwa suatu saat nanti informasi akan sangat terbuka dan dapat diakses oleh
semua orang. Keadaan yang dikatakn oleh Mc.Luhan itulah yang saat ini dirasakan
oleh manusia di dunia, yakni ‘Globalisasi’
Apalagi, dalam dunia internet
muncul fenomena baru berupa media sosial, seperti website, blog, face book,
twitter, email dan sebagainya. Hampir sebagain besar negara di dunia mengalami
peningkatan sebagai pengguna (user) media sosial. Di indonesia, pengguna
internet mengalami peningkatan secara signifikan. Berdasarkan pada Asosiasi
penyedia jasa internet indonesia (AJPII) dalam Surya(2002)[1], pada 1999 jumlah pengguna internet mencapai
110,000. Sedangkan pada tahun 2000,
peningkatanya mencapa milyaran, yakni sebesar 1.45 milyar user. Saat ini, media
sosial yang paling banyak diminati adalah face book, twitter, dan Linkedin.
Belum lagi aplikasi media sosial yang ditawarkan oleh smart phone ponsel,
seperti line, kakaoTalk, atau path. Beragam aplikasi media diatas merupakan
ladang luas untuk berinteraksi dengan sesama muslim di seluruh dunia. Salah
satu situs yang digunakan sebagai wadah silaturahmi antar sesama muslim melalui
dunia maya adalah salingsapa.com.
Beberapa tahun belakangan,
masyarakat Indonesia bahkan di dunia sedang digemparkan dengan sebuah situs
yang hampir mirip dengan facebook, tetapi memiliki fitur yang lebih lengkap
serta bernuansa islami, yaitu situs salingsapa.com. Situs jejaring sosial ini dibuat
dan diolah oleh Muhamad Yahya Harlan. Dia merupakan pelajar Indonesia yang
duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bandung.
Secara umun, situs salingsapa.com
dibuat untuk memberikan alternatif media sosial network bagi orang-orang
muslim. Tidak hanya dipakai sebagai ajang pencarian teman, atau dalam islam
disebut silaturahmi, keberadaan situs ini juga semakin menambah khazanah
pengetahuan tentang agama bagi masyarakat muslim yang membutuhkanya. Situs ini
secara tidak langsung dapat digunakan sebagai media dakwah serta pembelajaran
agama islam yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat melalui dunia maya.
Beberapa fitur yang dalam situs
salingsapa.com misalnya, fitur Al-Qur’an dan hadits, yang memungkinkan pengguna
untuk tetap bisa mendengar dan membaca Al-Qur’an di sela-sela online. Ada juga
fitur game-game yang dikembangkan dengan konsep islami. Para uztadz juga
berpeluang untuk menyampaikan taushiyahnya, serta menginformasikan hal-hal
seperti khutbah jum’at, jadwal kajian islami serta jadwal ceramahnya.
Berdasarkan uraian singkat
diatas, sangat terlihat jelas bahwa islam tidaklah menghambat kemajuan IPTEK
seperti dikatakan oleh kelompok fundamentalisme. Islam sangat mendukung penuh
atas kemajuan IPTEK, selama pengetahuan itu digunakan untuk kemaslahatan umat
manusia. Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah dengan penemuan
teknologi-teknologi baru, ini menunjukkan bahwa semua ajaran islam yang
terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Hadits itu benar, dan dapat
dibuktikan kebenaranya secara empiris.
[1] yuyun WI Surya, 2002, The
internet and online journalis in indonesia’, Masyarakat, kebudayaan dan
politik, Nomor 1- hal. 81-90.
Komentar
Posting Komentar