Langsung ke konten utama

Tidak Cukup Membaca, Sejarah Harus Dibuat



Soekarno, & M. Hatta merupakan tokoh penting bagi sejarah negara Indonesia. Karena jasa besaranya bagi Indonesia, mereka berdua dijuluki sebagai pahlawan proklamator kemerdekaan Republik Indonesia. Selain sebagai pahlawan saat masa penjajahan, soekarno, & M. Hatta juga pernah menjabat sebagai presiden& wakil presiden RI yang pertama.

Tidak diragukan lagi, hampir sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal sosok kedua tokoh itu, baik  melalui literatur yang diajarkan di lembaga pendidikan, peninggalan sejarah serta dokumentasi sejarah baik berupa tulisan,maupun audio visual. Sosok keduanya juga direpresentasikan melalui film-film dokumenter yang menceritakan tentang masa-masa penjajahan.

Keputusan pemerintah mengenai penghargaan soekarno, & M. Hatta sebagai pahlawan nasional menurut penulis merupakan sebuah peneguhan yang sebetulnya tidak perlu pun juga tidak masalah, karena sifatnya hanya penambah. Seperti dalam contoh kalimat “ saya akan jatuh ke bawah”.  Tanpa menambah kata ke bawah tentu kita sudah faham, karena jatuh memang pasti ke bawah, kalau keatas bukanlah disebut jatuh.

Begitu halnya dengan gelar soekarno, & M. Hatta sebagai pahlawan nasional. Jauh sebelum keputusan presiden, beberapa literatur di lembaga pendidikan telah memberikan penghargaan  soekarno, & M. Hatta sebagai pahlawan nasional. Hal ini dibuktikan dengan berbagai julukan kedua tokoh dalam buku bacaan seperti pahlawan proklamasi, pahlawan penjajahan, bapak proklamator, dan pahlawan kemerdekaan.

sehingga, tanpa diputuskan secara resmi oleh presiden pun, istilah pahlawan nasional secara otomatis melekat pada kedua tokoh tersebut. Disamping itu, proses sosialisasi mengenai kedua pahlawan Indonesia itu sampai saat ini masih terus berlangsung, baik melalui literatur pada lembaga pendidikan, peninggalan sejarah (seperti museum dan cagar budaya) dan dokumentasi film-film pada masa penjajahan.

selain itu, sifat atau karakter kedua tokoh tersebut terkadang juga dimanifestasikan dalam bentuk kegiatan atau event menarik. Misalnya, lomba membaca teks proklamator, kampanye iklan partai politik, dan seminar/ training mengenai kepemimpinan atau leadrship ala Soekarno-Hatta.

Oleh karena itu, maka yang seharusnya menjadi fokus utama bagi bangsa Indonesia adalah bagaimana menjadikan soekarno, & M. Hatta sebagai salah satu ikon pahlawan Indonesia pada masa penjajahan. Ini dapat terwujud jika adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat. Artinya, baik masyarakat maupun pemerintah mendukung penuh untuk menjadikan kedua tokoh tersebut sebagai ikon penting. Dukungan itu dapat diwujudkan dengan berbagai tindakan, misalnya dengan membaca buku-buku pemikiran yang ditulis oleh soekarno, & M. Hatta.

kedua, menjadikan soekarno, & M. Hatta sebagai bahan penelitian terkait studi tertentu. Misalnya, dalam sebuah literatur ilmu komunikasi dijelaskan bahwa banyak ilmuwan komunikasi Amerika yang melakukan penelitian mengenai gaya bicara atau retorika presiden Amerika Serikat. Begitu halnya penelitian dalam bidang politik, dan kepemimpinan.

Dari berbagai hasil penelitian itu nantinya akan berguna sebagai bahan bacaan sekaligus inspirasi bagi masyarakat Indonesia, terutama kalangan akademisi. Mengingat, bangsa Indonesia punya ketergantungan tinggi dengan literatur dari negara lain. Padahal, ketika berbagai teori atau model diaplikasikan pada masyarakat Indonesia, hasilnya belum tentu sesuai.

Pada akhirnya, Bangsa Indonesia diharapkan tidak hanya mampu membaca dan memahami sejarah, namun sekaligus mampu membuat sejarah baru bagi negara Indonesia. Ini berarti bahwa sosok pahlawan nasional Indonesia tidak hanya berhenti pada perjuanagn soekarno, & M. Hatta pada masa penjajahan saja, namun setiap masa akan lahir pahlawan-pahlawan baru yang berjuang demi kepentingan bangsa dan negara, tentunya dengan konteks atau settting yang berbeda setiap waktunya.


Tulisan pernah dimuat di rubrik argumentasi Kompas Kampus dengan judul 'Jadikan Inspirasi'

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah sang Dokter Cantik Hafalan Al Quran lewat Story Telling

Al Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diwahyukan Allah melalui Nabi Muhammad SAW untuk umat muslim. Di dalamnya terdapat sumber ilmu pengetahuan sebagai pedoman hidup manusia, baik di dunia maupun akhirat. Bagi umat muslim, mempelajari Al Qur’an tidaklah sulit. Allah telah memberikan jaminan kemudahan bagi siapa saja yang ingin membaca, menghafal, memahami serta mengamalkannya. Kemudahan mempelajari Al Qur’an itu juga dirasakan salah satunya oleh dr. Syayma. dia mulai menghafalkan Al Qur’an ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.“Awalnya saya terpaksa menghafalkan Al Qur’an. Karena di pesantren memang ada kurikulum tahfidz, jadi mau gak mau harus hafalan ”,  kata Syayma.  Dirinya sempat merasakan sedikit stres belajar di pesantren lantaran belum fasih membaca Al Qur’an. Dari total 300 santri, dr. Syayma masuk dalam kelompok 10 orang dengan bacaan terburuk. ”saya memulainya dari level paling dasar”. Baginya surah yang sulit dihafal di awal dulu adalah surah An naba’

Bambu Runcing, Senjata Tradisional namun Berkekuatan Supranatural

Beberapa waktu lalu media sosial di Indonesia menyoroti aksi sebagian warga Jakarta yang memasang bendera peserta Asean menggunakan bambu. Keberadaan bendera yang terpasang di Jalan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara itu pun mendapat kritikan dari sebagian netizen karena dianggap mempengaruhi citra Negara Indonesia bagi bangsa lain. Terlepas dari perdebatan yang dilontarkan oleh netizen di medsos, lupakah kita banwa bambu runcing merupakan ikon yang tak terpisahkan bagi bangsa Indonesia. Di beberapa negara, tanaman yang memiliki nama latin bambusea ini mengandung nilai filosofis. Bangsa Tiongkok misalnya, yang menjadikan bambu sebagai simbol keteguhan dan ketulusan. Sementara di India, bambu mengandung pesan persahabatan. Di kebudayaan suku Jawa, bambu atau dikenal dengan sebutan pring merupakan bagian dari pedoman hidup yang di dalamnya menggambarkan karakteristik masyarakat Jawa. Dilansir dari portal Tempo, (2/8), dalam falsafah bambu atau dinamakan ngelmu pring , masin

Terkesima dengan Gerombolan Lebah Diatas Pohon Mangrove

Jumat lalu, seperti biasa saya mengantarkan makan siang untuk bapak tukang di daerah Medokan Ayu Tambak, Rungkut, Surabaya. Jika dilihat dari peta, ternyata lokasinya tidak jauh dari perairan. Ada selat Madura, dan lebih jauh sedikit ada laut Jawa. Di tempat yang saya kunjungi ini masih sangat jarang dijumpai bangunan, apalagi rumah penduduk. Hanya deretan pohon mangrove dan semakbelukar yang tumbuh subur . Cuaca hari itu begitu panas. Sambil menunggu ibu yang sedang mengobrol bersama para tukang, saya memilih berteduh di bawah salah satu pohon mangrove. Ah, udaranya terasa begitu sejuk dengan hembusan angin siang yang sepoi-sepoi.   Dibalik rerimbunan pohon mangrove yang kini mulai mengering itu, saya melihat gerombolan lebah beterbangan kesana kemari. Mereka berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya. Sesekali saya menghindar, sambil sedikit menjerit, hahahah takut tiba-tiba disengat.  Tapi untuk masalah ini, lebah tentu tak perlu khawatir kalau tiba-tiba kulitnya menghit