Bagi umat Islam, haji bukan hanya menjadi salah satu
rukun Islam, melainkan juga rangkaian perjuangan yang bernilai ibadah.
Bagaimana tidak, proses menjalankan ibadah haji membutuhkan perjuangan luar
biasa. Para jamaah harus berdesak-desakan dalam lautan umat muslim dari
berbagai penjuru dunia. Belum lagi mereka harus menghadapi perubahan cuaca yang
ekstrim di Kota Suci.
Tak jarang ada saja beberapa jamaah haji yang syahid saat
menjalankan ibadah haji. Baqi’ menjadi tempat pemakaman bagi para jamaah yang
meninggal saat menjalankan ibadah haji. Disana hanya ada hamparan tanah merah
dan batu tanpa penanda identitas yang dikubur.
Pemakaman Baqi’ atau dikenal dengan sebutan Jannatul
Baqi’ merupakan tempat pemakaman terbesar di dunia sekaligus tempat paling
mulia. Harga satu meter tanah di Pemakaman Baqi’ terhitung cukup mahal,
mencapai setengah juta Riyal. Upaya ini dilakukan, bisa jadi untuk menekan
permintaan orang-orang yang ingin dimakamkan di Baqi'. Karena jika terlalu
mudah, akan mengakibatkan ketidakseimbangan geografis di Kota Madinah.
Lalu mengapa Baqi’ begitu istimewa bagi umat Islam?
Alasannya karena komplek pemakaman tersebut memiliki nilai tinggi dari sisi
agama dan sejarah. Disana lah tempat peristirahatan generasi pertama umat
Islam, keluarga Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya. Dilansir dari
berbagai sumber, ada sekitar 10.000 keluarga dan sahabat Rasulullah yang
dimakamkan di Baqi’.
Jannatul Baqi’ juga merupakan bagian bumi yang Allah
perintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pekuburan kaum muslimin di
Madinah. Sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Nafi’ dari Ibnu Umar, Nabi SAW
bersabda, “Siapa yang mampu meninggal di Madinah, hendaklah dia meninggal di
Madinah. Sesungguhnya aku akan memberi syafaat bagi siapa saja yang meninggal
di sana.” (HR. Ahmad).
Seorang sejarawan bernama Tinedhib al-Faidi mengatakan
bahwa secara bahasa kata “Baqi” bermakna setiap tempat yang terdapat pokok
pohon (sisa pohon yang habis ditebang dari berbagai sisi). Dari situ kemudian
dikenal dengan istilah Baqi’ Al-Gharqad. Al-gharqad adalah sejenis pohon
berduri yang berukuran sangat besar.
Ahli sejarah tersebut juga menuturkan bahwasannya sebelum
kedatangan Islam, Baqi’ bukan satu-satunya pekuburan di Madinah. Pemakaman
Baqi’ juga tidak memiliki keistimewaan hingga kedatangan Rasulullah untuk
menjadikan Baqi’ sebagai pekuburan kaum muslimin sebagaimana diperintahkan oleh
Allah SWT. Dan termasuk diantara keutamaan Baqi’ adalah Rasulullah berjanji
untuk menziarahinya. Nabi sering pulang pergi ke Baqi’. Beliau pergi ke Baqi’
malam hari, lalu berdoa dan memohonkan ampunan bagi penghuninya. Karena
mulianya tempat itu, Umat Islam lalu menebangi pepohonan berduri yang ada
dikebun. Mereka ingin sekali dikuburkan di Baqi’ Al-Gharqad.
Berbagai sumber sejarah menunjukkan bahwa orang yang
pertama kali dikubur di tempat suci itu adalah sahabat mulia, Utsman bin
Mazh’un. Kemudian di tahun berikutnya ada putra Rasulullah Ibrahim yang wafat saat
masih bayi. Dengan derai air mata, Rasulullah memakamkan putra tercintanya itu di Al-Baqi. Sejak itulah penduduk Madinah
ikut juga memakamkan sanak saudaranya di al-Baqi. Apalagi setelah mendengar
sabda Rasulullah,” Salam sejahtera untukmu wahai orang yang beriman, Jika Allah
berkenan, kami akan menyusulmu. Ya Allah, ampunilah ahli kubur al-Baqi’.
Beberapa tokoh Islam berkubur di Jannatul Baqi adalah
istri-istri Rasulullah SAW, juga dikenal sebagai Ummahatul Mu’minin (Ibu dari
orang yang beriman) termasuk Aisyah, Hafsah dan Saudah. Kedua istri yang tidak
dimakamkan di sini adalah Khadijah binti Khuwaylid yang dimakamkan di Makkah
dan Maimunah binti al-Harits yang dimakamkan di Sarif. Anak-anak dan cucu
Rasulullah SAW juga dimakamkan di sini, yakni Fatimah az-Zahra, Ruqayyah,
Zainab, Ummi Kultsum, Ibrahim (anak laki-laki Rasulullah SAW yang masih bayi
dari Mariatul Qibthiyah), hingga Hasan bin Ali (cucu Rasulullah SAW). Selain
itu bibi Rasulullah SAW yakni Safiyyah dan Aatikah juga dikuburkan di Ba’qi. Kemudian
ada juga Utsman bin Affan (khalifah ketiga sekaligus menantu Rasulullah SAW)
serta Halimatus Sa’diyah (ibu susu Nabi).
Kini Jannatul
Baqi’ menjadi tempat bersejarah yang selalu dikunjungi para jamaah haji maupun
wisatawan umum. lokasinya paling dekat dengan Masjid Nabawi, tepatnya di
sebelah tenggara dari Masjid Nabawi. Tanah lapang pekuburan yang dipagari
dengan marmer tinggi itu luasnya mencapai mencapai 180.000 m2. Baqi' biasa
dibuka mulai ba’da Subuh hingga pukul 09.00 waktu setempat, dan setelah Ashar
hingga menjelang Maghrib. Pada waktu zaman Rasulullah SAW, Baqi' berada di luar
wilayah Madinah. Sekarang, dengan perkembangan Kota Madinah yang sangat pesat, pekuburan ini seakan sudah menyatu dengan Masjid Nabawi sendiri.
Orang-orang datang berziarah ke makam Baqi’ untuk
mendoakan ahli kuburnya. Pemerintah Arab Saudi menaruh perhatian terhadap
pemakaman Baqi’, utamanya kepada para peziarah. Melalui Hai-ah al-Amru bil
Ma’ruf wan Nahyi ‘anil Munkar di Kota Madinah, pemerintah Arab Saudi mengadakan
bimbingan dan nasihat bagi para peziarah. Hal itu dalam rangka menghormati orang-orang
mulia yang dikuburkan disana serta untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Baik berupa praktik yang menyimpang dari syariat, kekacauan, dan
terganggunya prosesi pemakaman.
Hai-ah menempatkan petugas-petugas mereka setiap jam
–termasuk penerjemah- dari usai shalat subuh hingga malam hari. Mereka memberi
pengarahan tentang prosesi jenazah dan bimbingan terhadap peziarah. Hal ini
penting untuk mencegah peziarah melakukan tindakan yang merusak akidah dan
menyimpang dari syariat. Karena tidak dipungkiri banyak orang-orang yang
meminta-minta di pekuburan itu.
Hai-ah juga menempatkan beberapa layar yang memberikan
penjelasan tentang adab-adab ziarah yang sesuai syariah dan memberikan
peringatan dari kekeliruan-kekeliruan yang terjadi di Baqi’. Selain adab ziarah
dan adab menghadiri jenazah, layar tersebut juga menayangkan silsilah nasab
Nabi Muhammad.
Published on suaramuslim.net
Komentar
Posting Komentar