Langsung ke konten utama

Jangan Salah, Minuman Bir ini Justru Menyehatkan Badan lho


Bir, sekilas mendengar namanya saja sudah tertanam di benak kita bahwa itu merupakan minuman haram, sehingga harus dijauhi bahkan bila perlu dimusnahkan. Namun, siapa sangka ternyata masyarakat Betawi memiliki minuman khas yang terbuat dari rempah alami dan menyehatkan. Iya, minuman khas itu tak lain bernama ‘Bir Peletok’.


Mungkin agak terdengar aneh karena nama dan bentuknya bisa jadi berbeda. Bir peletok pada dasarnya adalah jenis minuman tradisional asal Betawi. Minumum ini sudah dipatenkan sebagai ikon Budaya Betawi. Sebagian kalangan menyamakan bir peletok dengan minuman bandrek yang dijumpai di Jawa Tengah maupun Jawa Timur.

Meski pada mulanya ada kalangan yang meragukan status bir peletok. Namun akhirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan bahwa bir peletok halal dikonsumsi. Ini karena secara substansi, bahan dan proses pengolahannya sangat berbeda jauh dengan minuman bir yang sejenis dengan khamar. Sementara itu penggunaan istilah bir itu lebih ditekankan pada istilah Bahasa Arab “Al-birr”, yang berarti “kebaikan”, bukan “Bee r”, sejenis khamar, minuman yang diharamkan dalam Islam. Sehingga ini menunjukkan adanya pengaruh kultural Islam terhadap Budaya Betawi saat itu.

Segelas bir peletok rupanya memiliki beragam khasiat bagi kesehatan tubuh. Dia merupakan jenis minuman penyegar yang dibuat dari beberapa campuran rempah alami. Seperti jahe, sereh, cengkeh, daun jeruk dan sebagainya. Di dalam ramuan bir peletok terdapat kandungan antioksidan, vitamin B6 dan masih banyak lagi. Beberapa diantara khasiat bir peletok untuk meredakan migrain, melindungi sistem pencernaan, meningkatkan nafsu makan, mencegah kanker kolorektal dan lain-lain.

Seiring berjalannya waktu, permintaan akan bir peletok semakin tinggi. Minuman ini bukan hanya diminati oleh warga Jakarta saja, melainkan juga diluar Ibu Kota. Menikmati segelas bir peletok rasanya belum pas tanpa sajian kue tradisional Betawi seperti ketan bakar, kue talan dan lain-lain. Kita dengan mudah membeli kemasan botol bir peletok dengan harga cukup terjangkau, mulai dari 10 ribu rupiah. Atau kalian yang tertarik membuatnya sendiri, bisa mencobanya di rumah. Bahan-bahan yang perlu disiapkan antara lain:


Bahan-bahan 
  • 2 Liter air     
  • 4 batang sereh
  • 4 lembar daun pandan yang diikat
  • 1/2 biji pala
  • 5 butir cengkeh
  • 3 butir kapulaga
  • 5 cm kayumanis
  • 200-250 gr jahe
  • 5 lembar daun jeruk
  • Gula pasir secukupnya (sesuai selera)
  • Segenggam kayu secang (untuk memberikan warna merah pada minuman) atau bisa menambahkan gula merah secukupnya)


Cara memasaknya:       
  1. Memarkan semua bahan, masukkan ke dalam panci lalu rebus sampai mendidih.
  2. Jika sudah mendidih masukan kayu secang, rebus lagi sebentar
  3. Jika air menjadi berwarna dan bau rempahnya sudah tercium baru matikan api lalu dinginkan sebentar.
  4. Saring terlebih dulu hasil rebusannya agar rempah tidak ikut masuk ke dalam gelas. Lalu Minuman bir peletok siap disajikan dalam keadaan hangat maupun dingin. 
Bagi Anda yang suka dingin, bisa menambahkan es batu agar sensasinya lebih pekat. Biar efek "bir" lebih kelihatan, sebelom di tuang ke gelas kocok dulu sama es batu sampe ada busanya. Meski sama, namun sensasi bir peletok botolan dengan Bir Pletok dari tabung bambu akan beda. Sebuah tabung bambu adalah kemasan asli dari Bir Pletok. Cairan bir yang sudah jadi dimasukkan ke dalam tabung bambu dan diisi beberapa es batu. Setelah itu, bambu dikocok selama 1 - 2 menit, kemudian akan mengeluarkan suara "pletak-pletok". Suara khas dari proses inilah yang menjadi dasar penggunaan nama bir peletok.

*Artikel juga ditayangkan di portal suaramuslim.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah sang Dokter Cantik Hafalan Al Quran lewat Story Telling

Al Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diwahyukan Allah melalui Nabi Muhammad SAW untuk umat muslim. Di dalamnya terdapat sumber ilmu pengetahuan sebagai pedoman hidup manusia, baik di dunia maupun akhirat. Bagi umat muslim, mempelajari Al Qur’an tidaklah sulit. Allah telah memberikan jaminan kemudahan bagi siapa saja yang ingin membaca, menghafal, memahami serta mengamalkannya. Kemudahan mempelajari Al Qur’an itu juga dirasakan salah satunya oleh dr. Syayma. dia mulai menghafalkan Al Qur’an ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.“Awalnya saya terpaksa menghafalkan Al Qur’an. Karena di pesantren memang ada kurikulum tahfidz, jadi mau gak mau harus hafalan ”,  kata Syayma.  Dirinya sempat merasakan sedikit stres belajar di pesantren lantaran belum fasih membaca Al Qur’an. Dari total 300 santri, dr. Syayma masuk dalam kelompok 10 orang dengan bacaan terburuk. ”saya memulainya dari level paling dasar”. Baginya surah yang sulit dihafal di awal dulu adalah surah An naba’

Bambu Runcing, Senjata Tradisional namun Berkekuatan Supranatural

Beberapa waktu lalu media sosial di Indonesia menyoroti aksi sebagian warga Jakarta yang memasang bendera peserta Asean menggunakan bambu. Keberadaan bendera yang terpasang di Jalan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara itu pun mendapat kritikan dari sebagian netizen karena dianggap mempengaruhi citra Negara Indonesia bagi bangsa lain. Terlepas dari perdebatan yang dilontarkan oleh netizen di medsos, lupakah kita banwa bambu runcing merupakan ikon yang tak terpisahkan bagi bangsa Indonesia. Di beberapa negara, tanaman yang memiliki nama latin bambusea ini mengandung nilai filosofis. Bangsa Tiongkok misalnya, yang menjadikan bambu sebagai simbol keteguhan dan ketulusan. Sementara di India, bambu mengandung pesan persahabatan. Di kebudayaan suku Jawa, bambu atau dikenal dengan sebutan pring merupakan bagian dari pedoman hidup yang di dalamnya menggambarkan karakteristik masyarakat Jawa. Dilansir dari portal Tempo, (2/8), dalam falsafah bambu atau dinamakan ngelmu pring , masin

Terkesima dengan Gerombolan Lebah Diatas Pohon Mangrove

Jumat lalu, seperti biasa saya mengantarkan makan siang untuk bapak tukang di daerah Medokan Ayu Tambak, Rungkut, Surabaya. Jika dilihat dari peta, ternyata lokasinya tidak jauh dari perairan. Ada selat Madura, dan lebih jauh sedikit ada laut Jawa. Di tempat yang saya kunjungi ini masih sangat jarang dijumpai bangunan, apalagi rumah penduduk. Hanya deretan pohon mangrove dan semakbelukar yang tumbuh subur . Cuaca hari itu begitu panas. Sambil menunggu ibu yang sedang mengobrol bersama para tukang, saya memilih berteduh di bawah salah satu pohon mangrove. Ah, udaranya terasa begitu sejuk dengan hembusan angin siang yang sepoi-sepoi.   Dibalik rerimbunan pohon mangrove yang kini mulai mengering itu, saya melihat gerombolan lebah beterbangan kesana kemari. Mereka berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya. Sesekali saya menghindar, sambil sedikit menjerit, hahahah takut tiba-tiba disengat.  Tapi untuk masalah ini, lebah tentu tak perlu khawatir kalau tiba-tiba kulitnya menghit