Langsung ke konten utama

Batasi Asupan Garam dengan 5 Teknik ini


Makanan gurih atau banyak mengandung garam kebanyakan digemari oleh masyarakat Indonesia. Ini salah satu contohnya dapat dijumpai di jajanan keripik, atau semacam snack. Namun sudahkah kita tahu bahwa mengkonsumsi garam dalam jumlah berlebih berisiko terhadap penyakit berbahaya. Kandungan sodium dalam garam dapat menahan air dalam tubuh. Akibatnya, peredaran air yang begitu diperlukan tubuh terhambat. Sehingga menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan. Seperti kenaikan berat badan dan hipertensi atau tekanan darah tinggi yang berujung pada penyakit stroke dan gagal ginjal.

Menurut informasi dari The Dietary Guidelines for Americans, dalam sehari tubuh kita memerlukan garam tak lebih dari satu sendok teh, atau setara dengan 2.300 miligram. Kebutuhan garam yang diperlukan orang berusia diatas 51 tahun sekitar 1.500 miligram, sementara untuk anak usia di bawah 14 tahun jumlahnya kurang dari itu.

Mengurangi asupan garam juga dianjurkan bagi mereka yang sedang menjalani program diet dan hasilnya pun cukup signifikan. Namun yang jadi masalah adalah, masakan akan terasa hambar jika tidak diberi garam. Karena garam merupakan bumbu penyedap yang harus ada di tiap masakan.

Nah, untuk membatasi asupan garam yang masuk ke dalam tubuh, Anda bisa mengikuti beberapa saran yang dianjurkan oleh pakar diet dan nutrisi Jennifer Glockner, sebagaimana dirangkum dari mind body green berikut ini:

Perbanyak rempah-rempah
Rempah-rempah kaya akan antioksidan yang baik untuk kesehatan, layaknya buah dan sayur.  Disamping itu rempah-rempah memiliki cita rasa serta aroma khas yang bisa menggoda selera makan. Salah satu alasan masakan padang atau khas Minang itu selalu nikmat, karena aroma rempahnya yang begitu kuat dan terasa.

Cengkeh, oregano, jintan adalah beberapa di antara rempah dengan kandungan antioksidan tertinggi. Jika Anda pecinta masakan India, Meksiko atau Timur Tengah, maka bisa menambahkan jintan putih. Sementara untuk jenis rempah yang biasa digunakan oleh orang Asia ada jahe. Selain itu ada juga cengkeh, kayu manis, pala, juga merupakan pilihan tepat untuk menambah rasa manis tanpa gula.

Kreasikan dengan rumput laut
Rumput laut memberikan rasa unik pada masakan. Rasa asin dari rumput laut itu alami. Kita bisa menaburi setiap masakan dengan rumput laut kering. Untuk mendapatkannya pun tidak sulit, karena sudah tersedia dalam bentuk kemasan yang dijual di supermarket.

Bahan pangan segar
Sodium faktanya tidak hanya terdapat dalam garam, tapi juga makanan cepat saji. Cara tercepat mengurangi konsumsi garam adalah dengan mengonsumsi bahan pangan segar. Makanan manis seperti donat dan kecap ternyata juga mengandung sodium. Kita bisa membiasakan membeli sayuran atau daging asli yang masih segar, bukan melalui pemrosesan. Sementara untuk makanan ringan bisa diganti dengan kudapan kacang tanpa garam atau jenis biji-bijian lainnya, dibandingkan dengan snack keripik kentang.

Sayuran penambah cita rasa
Anda bisa menggunakan bawang putih, bawang bombay dan seledri saat memasak. Semuanya merupakan sayuran yang punya rasa kuat, mampu menambah cita rasa masakan.

Olah makanan dengan metode variatif
Bicara soal rasa makanan bukan hanya berhubungan dengan bahannya saja, namun juga teknik memasak. Dengan mengolah makanan yang bervariasi, sebenarnya bisa membuat bahan biasa menjadi lebih kuat rasanya. Misalnya sayuran yang biasa dikukus, bisa kita olah dengan cara dipanggang atau bisa juga dimasak dengan cara slow-cooking. Disamping meningkatkan rasa asli, teksturnya juga nampak lebih nikmat.
Artikel ini pernah dipublikasikan di portal suaramuslim.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah sang Dokter Cantik Hafalan Al Quran lewat Story Telling

Al Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diwahyukan Allah melalui Nabi Muhammad SAW untuk umat muslim. Di dalamnya terdapat sumber ilmu pengetahuan sebagai pedoman hidup manusia, baik di dunia maupun akhirat. Bagi umat muslim, mempelajari Al Qur’an tidaklah sulit. Allah telah memberikan jaminan kemudahan bagi siapa saja yang ingin membaca, menghafal, memahami serta mengamalkannya. Kemudahan mempelajari Al Qur’an itu juga dirasakan salah satunya oleh dr. Syayma. dia mulai menghafalkan Al Qur’an ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.“Awalnya saya terpaksa menghafalkan Al Qur’an. Karena di pesantren memang ada kurikulum tahfidz, jadi mau gak mau harus hafalan ”,  kata Syayma.  Dirinya sempat merasakan sedikit stres belajar di pesantren lantaran belum fasih membaca Al Qur’an. Dari total 300 santri, dr. Syayma masuk dalam kelompok 10 orang dengan bacaan terburuk. ”saya memulainya dari level paling dasar”. Baginya surah yang sulit dihafal di awal dulu adalah surah An naba’

Bambu Runcing, Senjata Tradisional namun Berkekuatan Supranatural

Beberapa waktu lalu media sosial di Indonesia menyoroti aksi sebagian warga Jakarta yang memasang bendera peserta Asean menggunakan bambu. Keberadaan bendera yang terpasang di Jalan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara itu pun mendapat kritikan dari sebagian netizen karena dianggap mempengaruhi citra Negara Indonesia bagi bangsa lain. Terlepas dari perdebatan yang dilontarkan oleh netizen di medsos, lupakah kita banwa bambu runcing merupakan ikon yang tak terpisahkan bagi bangsa Indonesia. Di beberapa negara, tanaman yang memiliki nama latin bambusea ini mengandung nilai filosofis. Bangsa Tiongkok misalnya, yang menjadikan bambu sebagai simbol keteguhan dan ketulusan. Sementara di India, bambu mengandung pesan persahabatan. Di kebudayaan suku Jawa, bambu atau dikenal dengan sebutan pring merupakan bagian dari pedoman hidup yang di dalamnya menggambarkan karakteristik masyarakat Jawa. Dilansir dari portal Tempo, (2/8), dalam falsafah bambu atau dinamakan ngelmu pring , masin

Terkesima dengan Gerombolan Lebah Diatas Pohon Mangrove

Jumat lalu, seperti biasa saya mengantarkan makan siang untuk bapak tukang di daerah Medokan Ayu Tambak, Rungkut, Surabaya. Jika dilihat dari peta, ternyata lokasinya tidak jauh dari perairan. Ada selat Madura, dan lebih jauh sedikit ada laut Jawa. Di tempat yang saya kunjungi ini masih sangat jarang dijumpai bangunan, apalagi rumah penduduk. Hanya deretan pohon mangrove dan semakbelukar yang tumbuh subur . Cuaca hari itu begitu panas. Sambil menunggu ibu yang sedang mengobrol bersama para tukang, saya memilih berteduh di bawah salah satu pohon mangrove. Ah, udaranya terasa begitu sejuk dengan hembusan angin siang yang sepoi-sepoi.   Dibalik rerimbunan pohon mangrove yang kini mulai mengering itu, saya melihat gerombolan lebah beterbangan kesana kemari. Mereka berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya. Sesekali saya menghindar, sambil sedikit menjerit, hahahah takut tiba-tiba disengat.  Tapi untuk masalah ini, lebah tentu tak perlu khawatir kalau tiba-tiba kulitnya menghit